
Alif gundah. Meski nilai ujian akhirnya bagus, dia tidak bisa melanjutkan ke sekolah impiannya. Sang Mamak berkehendak lain. Bukan SMA favorit di ibukota provinsi yang dipilih untuk Alif, tetapi justru madrasah aliyah di kota kecil dekat kampung halaman. Kalau anak-anak cerdas tidak ada yang mau menimba ilmu di madrasah, lalu siapa yang akan berjuang di jalan dakwah membela Dien. Begitu alasan Mamak. Kegalauan itu dibawa Alif bersepeda ke danau, memarkir sepedanya, lalu melompat ke air. Berenang dan terus berenang, berharap air danau membilas hilang kesedihannya. Ketika dia beranjak dan duduk di tepi danau sambil memandang… Read Article →